Sabtu, 01 Desember 2012



Identifikasi Aldehida dan Keton





senin, 12 November 2012

I. Tujuan
1.Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus  fungsi.
2.Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton.


II. Dasar Teori
Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).

A.Iodoform
Iodoform merupakan salah satu haloform yang terbentuk kristal berwarna
kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari suatu senyawa metil keton / metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi menghasilkan senyawa tersebut. Metil keton menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine dalam larutan NaOH.

R-C-CH3+ 3 I2+ 4NaOH èR-C-ONa + 3 NaI + 3 H2O + CHI3
Metil keton Iodoform kuning

Untuk pembahasan ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang kita gunakan adalah larutan iodin dan natrium hidroksida. Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup penting untuk berlangsungnya reaksi ion-ion ini terlibat dalam mekanisme reaksi.
Pada tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.

B.Tes Benedict
Tes benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata. Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict( kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.

R-CHO + 2Cu2+ 5 OH è R-COO- + Cu2O + 3 H2O
Biru merah bata


III. Alat dan Bahan
A.Tes Iodoform.
Alat :
·Gelas Beaker.
·Batang Pengaduk.
·Kertas Saring.
·Penanggas Air.
·Timbangan Analitik.
Bahan :
·KI
·NaOCl
·Aseton
·Alkohol

B.Tes Benedict.
Alat :
·Pipet Tetes.
·Tabung Reaksi.
·Gelas Beaker.
·Penanggas Air.
Bahan :

·Formaldehida.
·Aseton.
·Benzaldehida.
·Pereaksi Benedict

  1. Cara Kerja

A.Tes Iodoform.


B. Tes Benedict


V. Hasil Pengamatan
A. Tes Iodoform


B.Tes Benedict.

Larutan
Awal
Dipanaskan
Didinginkan
Benzaldehid +
pereaksi benedict
Biru
Biru
Terdapat 3 fase. Dan dibagian tengah terdapat pemisah seperti cincin
Aseton + pereaksi benedict
Biru
Biru
Sedikit menyatu.terdapat sedikit lapisan diatasnya
Formaldehid + pereaksi benedict
Hijau
Biru
menyatu


VI. Pembahasan


Percobaan pertama tentang tes iodoform. Reaksi iodoform yaitu suatu reaksi yang spesifik terhadap senyawayang mengandung gugus metil keton. Gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi dalam suasana basa sampai terbentuk Iodoform (CHI3) padat berwarna kuning
 Gugus metil keton yang dipakai dalam percobaan ini adalah aseton,yang akan direaksikan dengan iodium suasana basa menghasilkan Iodoform.Dan selanjutnya dilakukan proses rekristalisasi.
Dalam percobaan ini dilakukan pengenceran aseton dengan air. Hal inidikarenakan pada daerah tropis aseton mudah menguap. Dengan adanya penambahan air dapat mencegah penguapan aseton. 
NaOCl berfungsi sebagai suasana basa. Dalam percobaan ini, setelah iodoform habis bereaksi harus segera ditambahkan sejumlah air karena bila iodoform telah habis bereaksi berarti sudah terbentuk kristal iodoform. Tujuan penambahan air sesegera mungkin adalah untuk menyempurnakan reaksi agar kristal yang dihasilkan bagus.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan adalah penambahan NaOCl yang terlalu sedikit dan berlebih. Penambahan NaOCl harus tepat karena jika terlalu sedikit, suasananya menjadi kurang basa dan akibatnya kristal yang terbentuk sedikit. Sedangkan jika terlalu banyak atau berlebih iodoform dapat larut dalam NaOCl.
Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dimana dalam keadaan panas larut dalam suatu pelarut tertentu, tetapi dalam keadaan dingin atau pada suhu kamar, zat atau kristalnya akan terjadi. Cara rekristalisasi dengan memanaskan pelarut tertentu yang sesuai (dalam hal ini alkohol panas). Alkohol ± 50 ml dipanaskan di atas hot plate dengan diberi corong yang sudah disumbat dengan kertas saring. Dimasukkan kristal iodoform yang sudah disaring tersebutke dalam erlenmeyer, yang kemudian dilarutkan ke dalam alkohol panas.
Alkohol dipanaskan di atas hot plate bukan di atas api bebas karena alkohol sifatnya mudah terbakar maka menggunakan erlenmeyer yang ditutup dengan corong dan ditutup dengan kertas saring untuk menghindari terjadinya penguapan alkohol.
alkohol panas tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer lain yang sudah berisi kristal iodoform, penambahannya dilakukan sedikit demi sedikitsampai kristal iodoformnya tepat larut. Jika alkohol ditambahkan berlebih maka kristal iodoform yang larut saat panas nantinya akan sulit mengendap atau mengkristal kembali.
Setelah itu dinginkan, lalu menambahkan air dan segera disaringdengan corong. Hasil kristalnya yang terbentuk dikeringkan, setelah kering hasilnya ditimbang. Diperoleh berat kristal iodoform sebesar 1.57 gram.

kedua adalah tes benedict, pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pada aldehid dan keton dengan direaksikan dengana benedict. Larutan yang akan di uji dengan benedict adalah formaldehid, aseton dan benzaldehid.
Langkah pertama  yang dilakukan adalah menyiapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 10 tetes formaldehid, aseton dan benzaldehid. kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 2 ml pereaksi benedict. Kemudian ditempatkan dalam penangas air yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi. pada penambahan benedict ini tidak terjadi perubahan warna yang menunjukan positifnya tes benedict. penambahan benzaldehid dengan pereaksi benedict menghasilkan warna biru. penambahan pereaksi benedict pada aseton menghasilkan warna biru. dan penambahan pereaksi benedict pada formaldehid menghasilkan warna hijau. pada saat pemanasan, tidak terjadi perubahan pada benzaldehid dan aseton,namun terjadi perubahan warna menjadi biru dari warna hijau pada formaldehid + pereaksi benedict. setelah itu di lakukan pendinginan dengan cara dimasukkan ketiga tabung reaksi tersebut kedalam gelas beaker berisi air es. Setelah beberapa saat didiamkan, terjadi perubahan pada benzaldehid + pereaksi benedict yaitu Terdapat 3 fase. Dan dibagian tengah terdapat pemisah seperti cincin. dan pada aseton + pereaksi benedict terdapat pemisahan pada bagian atas atau terdapat 2 fase. pada formaldehid tidak terjadi apapun dan larutan homogen. pada teorinya, yang akan meunjukkan reaksi positif terhadap pereaksi benedict adalah formaldehid dengan reaksi

                         O                                            O












  




                          ||                                             ||

H – C – H + 2Cu+ OH-  à H – C – OH + CuO↓ Merah bata + 3H2O

Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan dalam melakukan percobaan,kurang telitinya saat percobaan. dan dapat disebabkan pula dari bahan yang digunakan terkontaminasi dengan bahan lain.


VII. Kesimpulan
  •  pada percobaan tes iodoform dihasilkan berat kristal sebanyak 1.57 gram
  • penambahan benzaldehid dengan pereaksi benedict menghasilkan warna biru. perubahan pada benzaldehid + pereaksi benedict yaitu Terdapat 3 fase. Dan dibagian tengah terdapat pemisah seperti cincin
  • penambahan pereaksi benedict pada aseton menghasilkan warna biru. pada aseton + pereaksi benedict terdapat pemisahan pada bagian atas atau terdapat 2 fase.
  • penambahan pereaksi benedict pada formaldehid menghasilkan warna hijau. pada formaldehid tidak terjadi apapun dan larutan homogen.


VIII. Daftar Pustaka

  • ·         Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid1. Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga.
  • ·         Siti Nurbayti, M.Si.2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I.Jakarta:UIN Syarif   Hidayatullah.

Lampiran



Tes benedict


Formaldehid + benedict


Formaldehid setelah dipanaskan


Ketiga sampel saat pendinginan


Ketiga sampel setelah pendinginan 
dari kiri ke kanan
(aseton,benzaldehid,formaldehid)


terlihat jelas cincin pada benzaldehid setelah pendinginan